Thursday, October 23, 2008

Menyusui Lah!!

Rating:★★★★★
Category:Other
dari web AIMI http://aimi- asi.org/2008/ 10/menyusui- lah/

By Erfi Nizar on October 20th, 2008

diterjemahkan dari artikel Suck on This!

Manusia telah menyusui selama hampir setengah juta tahun. Hanya 60 tahun terakhir ini mulai memberikan makanan cepat saji yang diproses oleh pabrik, yang dikenal dengan ’susu formula’ kepada bayi kita. Akibatnya sangat mengejutkan, seperti kematian bayi pada 6 minggu pertama kehidupannya 2x lebih tinggi, 5x lebih tinggi kemungkinan mendapat gastroenteritis, 2x lebih tinggi terkena penyakit kulit (eczema) dan diabetes, dan sampai 8x kali lebih tinggi untuk mendapat kanker getah bening.

Menyusui langsung dari dada ibuPabrik susu formula di UK mengeluarkan uang sebesar £20 (Rp. 330,000) per bayi untuk mempromosikan ‘junk food’ bayi, bandingkan dengan pengeluaran pemerintah yang hanya 14 pence (Rp. 2,300) per bayi untuk mempromosikan kegiatan menyusui. Artikel ini memaparkan dimana produsen susu bayi, profesional kesehatan yang cuek, and tidak adanya rasa peduli dari masyarakat telah secara tak langsung berkomplot untuk mejauhkan bayi dari dada ibunya dan memberikan dot sebagai pengganti. Dapatkah kita memutar balikkan kecendrungan ini?

Semua mamalia menghasilkan susu untuk anaknya, dan manusia telah mengasuh bayinya di payudara selama 400,000 tahun. Selama berabad-abad, kalau seorang wanita tidak bisa memberi makan bayinya sendiri maka wanita lain (ibu susu) akan menggantikannya. Hanya pada 60 tahun terakhir ini kita telah meninggalkan naluri mamalia kita, malahan merangkul budaya pemberian botol yang bukan hanya menganjurkan pemberikan susu formula semenjak bayi lahir, tapi juga meyakinkan bahwa pengganti ASI sama bagusnya, jika tidak lebih baik, dari pada ASI itu sendiri.

Susu formula tidak pernah dimaksudkan untuk dikonsumsi secara luas seperti sekarang ini. Susu formula dihasilkan pada akhir tahun 1800-an sebagai pengganti makanan yang diperlukan untuk bayi-bayi terlantar dan anak-anak yatim piatu yang akan kelaparan jika tidak mendapatkannya. Dalam konteks ini – dimana tidak ada makanan lain yang tersedia – susu formula menjadi penyelamat.

Tapi dengan sejalannya waktu dan kemajuan ilmu gizi manusia (khususnya nutrisi bayi secara) menjadi sangat ‘ilmiah’, pengganti ASI yang diproduksi dijual ke masyarakat umum sebagai perbaikan terhadap ASI itu sendiri.

‘Jika seseorang menanyakan “Susu formula mana yang sebaiknya saya gunakan?” atau “Mana yang terdekat dengan ASI?”, jawabannya adalah “Tidak seorangpun tahu” karena tidak ada satu sumber pun yang objektif mengenai ini pernah dibuat,’ kata Mary Smale, konselor ASI dari National Childbirth Trust (NCT) yang telah bekerja disana selama 28 tahun. ‘Hanya pembuat di pabrik-pabrik itu lah yang tahu isinya, dan mereka tidak memberitahu siapa pun.’ Mereka bisa saja mengiklankan bahan-bahan ’sehat’ yang spesial seperti oligosaccharides, long-chain fatty acids, atau, beberapa waktu lalu, beta-carotene, tapi mereka tidak pernah memberitahukan kita dari mana produk dasarnya dibuat atau dari mana bahan-bahan tersebut diperoleh.

Bagian pokok dari ASI yang telah diketahui, dipakai sebagai referensi umum untuk ilmuwan meramu susu formula bayi. Tapi, sampai hari ini, tidak ada ‘formula’ sebenarnya untuk susu formula. Malahan, proses pembuatan susu formula selama ini merupakan eksperimen.

Dengan alasan ini, produsen susu formula bisa menaruh apa saja ke dalam formula mereka. Sebenarnya, setiap produk mempunyai resep yang berbeda dari satu produksi ke produksi lainnya, tergantung dari harga dan ketersediaan dari bahan-bahan yang diperlukan. Selama ini kita berasumsi kalau susu formula diatur dengan ketat, padahal para produsen tersebut tidak diharuskan untuk transparan; contohnya, mereka tidak diharuskan untuk mencatatkan bahan-bahan spesifik dari produksi atau merek mereka ke pihak berwajib.

Sebagian besar susu formula yang ada dipasaran berasal dari susu sapi. Tapi sebelum bayi bisa meminum susu sapi dalam bentuk formula ini, susu tersebut harus dimodifikasi secara drastis. Isi protein dan mineral harus dikurangi dan isi karbohidratnya ditambah, biasanya dengan menambahkan gula. Lemak susu, yang biasanya tidak gampang terserap oleh tubuh, dihilangkan dan diganti dengan lemak tumbuhan, lemak binatang atau lemak mineral.

Vitamin dan zat tambahan masuk dalam proses penambahan, tapi tidak selalu dalam bentuk yang gampang dicerna. (Ini berarti klaim yang mengatakan bahwa susu formula ‘bergizi lengkap’ memang benar, tapi hanya dalam artian yang paling kasar yaitu susu formula sudah menambahkan vitamin dan mineral selengkap mungkin ke dalam produk gizi bermutu rendah)

Banyak susu formula yang juga telah ditambahkan pemanis. Meskipun kebanyakan susu formula untuk bayi tidak mengandung gula dalam bentuk sucrose, mereka kadang dapat mengandung tipe gula bentuk lainnya yang sangat tinggi seperti lactose (gula susu), fructose (gula buah), glucose (juga dikenal dengan dextrose, sejenis gula yang ditemukan pada tumbuh-tumbuhan) dan maltodextrose (gula malt). Hal ini dikarenakan oleh adanya kekurangan dalam peraturan, sehingga segala bentuk gula ini masih bisa diiklankan sebagai ‘bebas gula’.

Formula juga mungkin mengandung zat pencemar yang tidak sengaja masuk sewaktu proses produksi. Beberapa mungkin mengandung soya dan jagung yang telah direkayasa secara genetis.

Bakteri Salmonella dan aflatoxins – potent toxic, carcinogenic, mutagenic, agen penahan imun yang dihasilkan oleh spesies jamur Aspergillus – telah sering ditemukan pada susu formula di pasaran, begitu juga dengan Enterobacter sakazakii, patogen yang dibawa oleh makanan yang dapat menyebabkan sepsis (infeksi bakteria yang berlebihan pada saluran darah), meningitis (radang selaput otak) dan necrotising enterocolitis (infeksi dan radang pada usus besar dan usus kecil) pada bayi baru lahir.

Pengepakan susu formula kadang-kadang tercemar dengan pecahan kaca dan pecahan-pecahan logam serta bahan-bahan industri kimia seperti phthalates dan bispenol A (keduanya merupakan penyebab kanker) dan baru-baru ini, di bagian pengepakan terdapat isopropyl thioxanthone (ITX; juga dicurigai sebagai penyebab kanker).

Susu formula bayi juga mungkin mengandung kadar racun atau logam berat, seperti aluminium, mangan, kadmium dan timbal yang berlebih.

Yang harus diperhatikan secara khusus adalah susu formula soya karena tingginya level tanaman yang dihasilkan dengan oestrogen (phytoestrogen) yang terdapat di dalamnya. Malahan, konsentrasi phytoestrogen yang terdeteksi di dalam darah bayi yang mengkonsumsi susu formula soya bisa mencapai 13,000 – 22,000 kali lebih tinggi dari konsentrasi oestrogen alami. Oestrogen dalam dosis yang lebih tinggi dari yang biasa ditemukan di dalam tubuh dapat menyebabkan kanker.

6 comments: