Tuesday, February 26, 2008

SIARAN PERS AIMI

Rating:★★★★★
Category:Other
===========================================================
Dear AFB-ers dan seluruh member AIMI,

Berikut saya posting press release yang dikeluarkan oleh AIMI
terkait dengan pemberitaan mengenai bakteri yang terdapat dalam susu
formula.

Press release ini sudah dikirimkan ke berbagai media dan menurut
rencana, siang ini RCTI dan Trans TV akan meliput AIMI berkaitan
dengan berita ini.

Salam ASI
YeYe
Divisi Komunikasi
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
www.aimi-asi. org
yeye@aimi-asi. org

============ ========= ========= ========= ========= ========

SIARAN PERS

AIMI : Kembali ke ASI sebagai Nutrisi Terbaik untuk Bayi

Ditengah maraknya berita mengenai bakteri Enterobacter Sakazakii
yang mencemari berbagai produk susu formula dan makanan instan untuk
bayi dan balita (yang hasil penelitiannya sebenar sudah dirampungkan
oleh para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan
dilaporkan kepada BPOM sejak tahun 2006), Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia (AIMI) menyerukan ajakan untuk kembali ke Air Susu Ibu
(ASI) sebagai satu-satunya sumber nutrisi yang terlengkap dan
terbaik untuk bayi dan balita.

Ketua AIMI Mia Sutanto dalam siaran persnya mengatakan, bukti yang
menguatkan pernyataan tersebut semakin tak terbantahkan. "Nutrisi
dan kalori yang terkandung di dalam ASI sudah sangat cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi, jadi tak perlu tambahan susu formula
apapun" katanya di Jakarta, kemarin (26/2).

ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air
garam dan gula yang semuanya sudah secara khusus dikomposisikan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi. Lebih lanjut Mia
menjelaskan, ASI mengandung sel-sel hidup yang berperan sebagai zat
anti infeksi dan imunitas alami untuk melindungi bayi dari berbagai
ancaman penyakit. "Tentu sel-sel hidup ini tidak ada dalam produk
susu formula." katanya.

Oleh karena itu, "Bicara mengenai keunggulan ASI dibandingkan dengan
susu formula sudah pasti sangat banyak, selain dari segi kandungan
dan kecukupan nutrisi, kemudian faktor imunitas atau perlindungan
tubuh, juga dari segi kedekatan ibu dan anak (bonding) yang tak akan
tertandingi oleh apapun," tambahnya.

Mia kemudian melanjutkan, AIMI akan secara konsisten terus
menyerukan kepada seluruh ibu-ibu di Indonesia untuk kembali
memberikan ASI kepada bayinya. "Jangan mempertaruhkan masa depan
bayi-bayi Indonesia dengan tidak memberikan ASI, yang sudah terbukti
merupakan makanan yang paling bagus, paling lengkap dan paling
higienis untuk dikonsumsi oleh bayi."

Memberikan ASI sebagai satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi,
lanjut Mia, memang membutuhkan persiapan khusus sejak masa
kehamilan. "Namun semua proses persiapan untuk memberikan ASI bisa
dilakukan dengan mudah karena bekal utamanya hanyalah pengetahuan
yang memadai dan pikiran positif dan niat si ibu untuk memberikan
ASI kepada bayinya serta dukungan dari keluarga dan masyarakat
sekitar," jelasnya.

Sesuai dengan rekomendasi WHO/UNICEF dan juga Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), untuk bayi harus diberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan pertama dan kemudian dilanjutkan dengan MPASI (makanan
pendamping ASI) yang berkualitas. ASI diteruskan hingga 2 tahun atau
lebih sesuai dengan keinginan ibu dan bayi.

Selanjutnya, karena ASI bisa memenuhi kebutuhan kalori sebesar 100%
untuk bayi yang berusia 0-6 bulan, 70% untuk usia bayi 6-12 bulan
dan 30% untuk usia anak diatas 12 bulan, maka pemberian susu
tambahan setelah masa ASI Eksklusif juga tidak diperlukan. "Saat ini
masih banyak ibu yang berpendapat bahwa setelah masa ASI Eksklusif
pemberian susu formula untuk bayi diatas 6 bulan atau diatas 1 tahun
menjadi kebutuhan wajib, padahal selama anak masih mendapatkan ASI
hal tersebut tidak diperlukan," tandasnya. Mia kemudian menambahkan
bahwa, apabila karena sesuatu hal orangtua memilih untuk memberikan
susu formula kepada bayinya, ada 3 hal yang perlu diingat, "Susu
formula bukanlah produk yang steril, tidak ada satupun susu formula
yang komposisi dan kualitasnya mendekati ASI, dan pemberian susu
formula bukannya tanpa resiko," tegasnya.

AIMI juga sangat menyayangkan pernyataan yang dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari bahwa temuan IPB ini
merupakan salah satu bentuk perang produk. "Sangat tidak pada
tempatnya Menteri Kesehatan yang seharusnya menyikapi temuan ini
dengan arif dan mencermatinya secara positif, malah mengeluarkan
pernyataan prematur yang cenderung bersifat defensif dan memihak
pada produsen susu formula dengan mendiskriditkan temuan tersebut,"
tegas Mia. Seharusnya dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kesehatan,
tujuan utamanya adalah melindungi kepentingan masyarakat (bukan
kepentingan pengusaha) dengan segera menindaklanjuti temuan tersebut
dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
mencegah timbulnya keresahan serta terjadinya kerugian yang lebih
besar pada masyarakat. *******

Contact Person AIMI:

Mia Sutanto, Ketua
mia.sutanto@ aimi-asi. org
HP: 0815 1000 2584

Yuyuk Andriati, Divisi Komunikasi
yeye@aimi-asi. org
HP: 0811 971509
===========================================================

5 comments:

  1. kita sehati yaaa :-)

    *posting ttg ini jugaaa

    ReplyDelete
  2. setuju....Tio juga sampe 2 tahun 4 bulan, nyusu terus...

    ReplyDelete
  3. iyah jeng.. ini sebagai salah satu bentuk sosialisasi yg bisa aku lakukan..

    Hidup ASI..

    masa yah atdi pagi nonton TRANS disitu dituliskan kalo kolostrum sapi lebih baik daripada kolostrum asi.. hiks...

    ReplyDelete
  4. iyah nih..mudah mudahan malya juga bisa kaya mas tio

    ReplyDelete
  5. mama malya, jadi anggota AIMI juga? aku tertarik neh....tapi gak tau gimana cara ikutan AIMI di bandung... bisa sharing info?
    btw Polteknya jurusan apa ya?

    ReplyDelete